Jombang, 31 Oktober 2025 – Jumat yang inspiratif di SMA Negeri 2 Jombang. Sekolah kembali menggelar program rutin “Alumni Mengajar,” sebuah jembatan yang menghubungkan kesuksesan para alumni dengan semangat belajar peserta didik. Dalam kegiatan Pembelajaran Berbasis Projek (PBP), acara kali ini menyasar isu paling mendesak bagi kaum muda dan sesuai dengan tema yang sekolah ambil: “Bijak Bermedia Sosial: Mengenal Aspek Hukum dan Etika di Dunia Digital.”
Sebanyak 360 siswa kelas X bersama dengan bapak ibu guru fasilitator hadir memenuhi aula Ki Hajardewantara, siap menyerap ilmu tentang bagaimana menavigasi dunia maya yang penuh peluang sekaligus risiko.
Inspirasi dari Dosen Hukum UNAIR: Jejak Digital adalah Cerminan Diri
Narasumber yang berkesempatan membagi wawasan mendalam adalah Bapak Kukuh Pramono Budi, S.H., M.H., seorang Dosen Luar Biasa Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya sekaligus Konsultan Hukum dan Advokat. Status beliau sebagai Alumni SMADA Jombang angkatan 1994 menjadikan pesannya terasa lebih dekat dan otentik.
Dalam pemaparannya yang lugas, Bapak Kukuh menekankan bahwa kecanggihan teknologi tidak lantas membebaskan kita dari tanggung jawab. Beliau membuka materi dengan mengingatkan siswa bahwa semua tindakan, termasuk setiap postingan dan like di media sosial, selalu didasarkan dan dibatasi oleh hukum di Indonesia, yang berlandaskan kuat pada UUD dan Pancasila. Ini berarti, kebebasan berekspresi bukanlah kebebasan tanpa batas.

Anak Muda Rentan Jerat Hukum dan Hoaks
Lebih lanjut, Bapak Kukuh menyoroti bahwa media sosial adalah representasi dari kita di dunia nyata. Jika kita santun di sekolah, kita harus santun pula di dunia maya. Hal ini sangat penting karena kini, aktivitas digital diatur oleh undang-undang (seperti UU ITE), dan pelanggarannya dapat berujung pada hukuman yang jelas dan tegas.
Beliau bahkan membagikan statistik yang wajib diwaspadai: Hampir 90% kasus kerusuhan dan konflik sosial yang terjadi saat ini seringkali melibatkan anak-anak muda yang tidak bijak. Akar masalahnya? Mereka gagal dalam memahami isi media sosial dan turut menyebarkan berita hoaks yang memicu keresahan.
Maka, bekal utama bagi siswa SMADA Jombang di era “dunia ada dalam satu genggaman” ini adalah kewajiban untuk selalu mengkonfirmasi (memverifikasi) setiap informasi yang diterima, serta menjadikan etika dan kesantunan sebagai perisai utama dalam bermedia sosial.
Antusiasme Kritis Tiga Ratus Enam Puluh Siswa

Keseriusan dan relevansi materi ini tercermin dari jalannya acara yang sangat lancar dan dinamis. Sebanyak 360 siswa kelas X tidak hanya diam mendengarkan, tetapi menunjukkan antusiasme luar biasa yang terwujud dalam banyaknya pertanyaan kritis yang diajukan. Program “Alumni Mengajar” ini tidak sekadar memberikan inspirasi, tetapi juga menanamkan kesadaran kritis bahwa menjadi cerdas di dunia digital berarti menjadi warga negara yang bertanggung jawab, sadar hukum, dan beretika. Langkah ini diharapkan dapat melindungi siswa dari dampak negatif internet dan mendorong mereka menjadi agen perubahan positif.

Leave a Reply